Semua karena Kebiasaan

Suatu pagi seorang ibu berjalan-jalan di taman membawa anaknya yang masih balita, tiba-tiba anak dengan kegirangan melihat seekor kucing berlarian, “guk-guk” itu adalah hal yang terus-menerus di ucapkan oleh si anak hingga sang ibu bosan dan tidak menanggapi.

Sesampainya di rumah, di ruang tamu sang anak dengan terbahak-bahak melihat ayahnya terbang, anak pun berlari ke dapur dan memberitahukan pada ibu namun ibu hanya senyum dalam hati mengatakan “begitulah anak-anak yang masih penuh dengan imajinasi”.

Seketika ibu histeris hingga pingsan ketika melihat langsung di ruang tamu suaminya melayang-layang di plafon rumah.

Dari cerita singkat ini dapat kita pahami bahwa anak akan selalu terheran-heran dan kagum dari apa yang mereka lihat di dunia ini karena masih terlalu asing bagaimana dunia bekerja

Sedangkan ibu sudah tidak heran karena sudah paham bahwa mustahil manusia terbang dan yang dilihat anaknya adalah hewan.

Di sini terjadi perbedaan ketika melihat sesuatu ibu sudah terbiasa dan anak belum terbiasa.

Inilah kemudian yang terjadi pada mayoritas manusia saat ini di mana mereka seperti ibu dalam cerita di atas menganggap dunia sudah biasa baginya dan yang terjadi memang seperti itulah siklusnya.

Itulah keistimewaan para filsuf karena tidak menerima dunia secara semerta-merta dan mempertanyakan mengapa kemudian bisa terjadi.